Sabtu, 25 Mei 2013

ANEMIA


               Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa memiliki berbagai macam keistemewaan, salah satu keistimewaan yang dimiliki ialah pada sistem hematologi. Pada sistem ini manusia memiliki berbagai macam jenis sel darah, yaitu sel darah merah atau eritrosit dan sel darah putih atau leukosit. Pada setiap sel darah tersebut memiliki peranannya masing-masing. Sehingga apabila pada salah satu sel darah tersebut mengalami kerusakan maka akan menimbulkan pada aktivitas sehari-hari. Salah satu gangguan yang akan dibahas dalam paper ini ialah mengenai anemia. Hal terkait anemia yang akan dibahas ialah tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik, dan juga komplikasi yang ditimbulkan.
            Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hb dalam batas rendah atau di bawah normal (Smeltzer, 2002). Dimana ukuran hemoglobin untuk laki-laki sehat adalah Hb 14-18 gr, sedangkan wanita sehat adalah Hb 12-16 gr. Tingkat keparahan anemia dapat dilihat berdasarkan ukuran hemoglobin tersebut (Masrizal, 2007):
  • Kadar Hb 8 – 10 gr : Anemia Ringan
  • Kadar Hb 5 – 8 gr : Anemia Sedang
  • Kadar Hb kurang dari 5 gr : Anemia Berat
Anemia diklasifikasikan menurut morfologik dan etiologinya. Berdasarkan morfologiknya anemia dibedakan menjadi pertama, normokromik normositik yaitu memiliki ukuran, bentuk, dan jumlah Hb yang normal. Kedua, normokromik makrositik yaitu eritrosit lebih dari normal, konsentrasi Hb normal. Dan terakhir, hipokromik mikrositik yaitu eritrositnya kecil, pewarnaanya berkurang, dan kadar Hb dibawah normal (Price & Wilson, 2006).
Selain itu, dapat pula diklasifikasikan berdasarkan pendekatan fisiologisnya, yaitu anemia hipoproloferatif dan anemia hemolitika. Pada anemia hipoproliferatif dibedakan menjadi anemia aplastik, anemia pada penyakit ginjal, anemia pada penyakit kronis, anemia defisiensi besi, dan anemia megaloblastik.
Anemia aplastik terjadi karena ketidakmampuan sumsum tulang untuk menghasilkan sel-sel darah (Mansjoer, 2007). Biasanya disebabkan karena adanya agen neoplastik, terapi radiasi, obat batuk konvulsan, benzena, dan infeksi virus.Gejala yang biasanya muncul ialah lemah, letih, lesu, leukopenia, trombositopenia, dan retikulositopenia (Price & Wilson, 2006).
Anemia pada sakit ginjal disebabkan karena menurunnya jumlah eritropoetin. Eritropoetin merupakan hormon yang mengatur produksi sel darah merah. Eritropoetin ini dihasilakn di ginjal. Gejala yang timbil pada anemia ini antara lain BUN > 10 mg/ dl, hematokrit turun 20-30%, dan eritrosit tampak normal pada apusan darah tepi (Smeltzer, 2002).
 Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang disebabakan karena kurangnya zat besi dalam darah sehingga mengganggu sintesis eritrosit. Penyebab dari anemia ini sendiri ialah karena rendahnya asupan zat besi, adanya gangguan pada penyerapan zat besi, dan kehilangan zat besi melalui saluran pencernaan, kulit dan urine (Masrizal, 2007).
Sedangkan anemia megaloblastik ialah anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin B12 dan asam volat (Smeltzer, 2002). Vitamin B12 ini terlibat dalam metabolisme setiap sel dalam tubuh, terutama pada sintesis dan regulasi DNA (Almatsier, 2010).
Pada anemia hemolitik, eritrosit memiliki usia yang pendek. Saat dilakukan uji laboratoris didapatkan hasil jumlah rekulosit meningkat, fraksi bilirubin indirek meningkat, dan haptoglobulin rendah. Anemia hemolitik memiliki tururnan anemia sel sabit. Anemia sel sabit merupakan anemia hemilitik berat yang berupa adanya kelainan pada bentuk eritrosit. Sehingga oksigen yang akan diikat oleh Hb akan menurun (Smeltzer, 2002).
Secara umum tanda dan gejala anemia ialah pusing, mudah berkunang-kunang, lesu, aktivitas kurang, rasa mengantuk, susah konsentrasi, cepat lelah, konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, anoreksia, takikardi, letargi, dan juga perdarahan. Sedangkan secara khas ialah apabila terjadi perdarahan berulang/ kronik biasanya pada anemia pasca perdarahan, anemia defisiensi besi. Ikterus, urine berwarna kuning tua/ cokelat pada anemia hemolitik. Sedangkan pada anemia karena keganasan biasanya mudah terinfeksi (Price & Wilson, 2006).
Terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi kerana anemia, yaitu gagal jantung, parastesia, dan juga kejang. Uji diagnostik yang biasanya digunakan ialah dengan uji hematologi. Uji hematoligi ini meliputi Hitung sel darah lengkap (CBC), hitung retikulosit, elektroforesis Hb, uji sickling, alkalin fosfatase lekosit (AFL), uji coomb, waktu perdarahan, agraegasi perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial. Selain itu juga dapat dengan aspirasi sumsum tulang (Smeltzer, 2002).
Diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada pasien dengan anemia ialah perfusi jaringan inefektif b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah. Selain itu juga intoleransi aktivitas b.d berkurangnya oksigen ke sususnan saraf pusat. Kemudian ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia. Selanjutnya ada kelelahan/ keletihan b.d kondisi fisik kurang.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hb kurang dari normal. Anemia dapat dibedakan menurut morfologik dan etiologinya. Selain itu juga dapat dibedakan berdasarkan pendekatan fisiologisnya, yaitu anemia hipoproloferatif dan anemia hemolitika. Pada anemia hipoproliferatif dibedakan menjadi anemia aplastik, anemia pada penyakit ginjal, anemia pada penyakit kronis, anemia defisiensi besi, dan anemia megaloblastik. Tanda gejala yang sering terlihat pada pasien anemia ialah lemah, letih, lesu, dan lemas. Uji diagnostik yang dapat dilakukan ialah dengan uji hematologi dan aspirasi sumsum tulang belakang. Komplikasi yang sering terjadi pada pasien anemia ialah gagal jantung, parestesia, dan kejang.
Referensi
Almatsier, S. (2010). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Percetakan PT SUN.
Mansjoer, A. (2007). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Masrizal. (2007). Anemia defisiensi besi. Jurnal kesehatan masyarakat , 140-145.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.
Smeltzer, s. C. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar