Prevalensi
penderita Diabetes Melitus (DM) mengalami peningkatan terutama di negara berkembang
seperti Indonesia. WHO memprediksikan Indonesia akan mengalami kenaikan jumlah
penderita DM sebesar 12,9 juta jiwa selama 30 tahun ke depan (2000-2030). Khusus
penderita DM tipe 2 mengalami kenaikan 7,1 juta jiwa selama 10 tahun ke depan (2000-2010)
(Indriyani, Supriyatno, & Santoso,
2007; Utomo,
Azam, & Anggraini, 2012). Tingginya
kadar gula penderita DM mengakibatkan berbagai komplikasi pada organ tubuh lain
seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah kaki dan sistem syaraf. Oleh
sebab itu, diperlukan cara untuk menurunkan kadar gula darah penderita DM.
Kadar gula darah dapat diturunkan dengan
latihan fisik terutama senam aerobik. Riset Cuff et al. (2003) gerakan senam aerobik menggunakan
otot besar dilakukan secara terus-menerus dan berirama dapat meningkatkan
sensitivitas reseptor insulin, sehingga ambilan gula meningkat 7-20 kali lipat (Horden et al., 2012; Nishida
et al., 2010; Short et al., 2003). Mekanisme regulasi ambilan
glukosa disebabkan adanya pelepasan bradikinin yang dipacu oleh insulin pada
otot yang sedang bergerak, sehingga ambilan glukosa oleh otot bertambah dan
ambilan glukosa oleh otot yang tidak berkontraksi ikut meningkat (Short et al., 2003).
Senam
aerobik yang cocok pada penderita DM ialah senam dengan otot besar tubuh. Mardi
Santoso (2008, dalam Horden et al., 2012) menyatakan olahraga yang
dianjurkan bagi penderita DM adalah aerobic low impact dan rithmis,
misalnya berenang, jogging, naik sepeda, dan senam, sedangkan latihan resisten
statis tidak dianjurkan (misalnya olahraga beban angkat besi dan lain-lain). Program
latihan ini dikenal dengan CRIPE (Continuous,
Rhytmical, Interval, Progressive, dan
Endurance) yaitu melakukan aktivitas latihan 50-60 menit 3-5 kali
per minggu, gerakan berirama selang-seling, kadang cepat kadang lambat tetapi
kontinyu dan beban latihan ditingkatkan secara perlahan-lahan (Nishida et al., 2010). Latihan senam aerobik perlu
memperhatikan beberapa hal antara lain (a) waktu puncak kerja insulin yang
disuntikkan berkaitan hipoglikemi; (b) penderita retinopati berkaitan
terjadinya traction retina detachment;
dan (c) DM dengan neuropati perifer berkaitan dengan terjadinya luka tanpa
disadari. (Short et al., 2003).
Berdasarkan
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa senam aerobik dengan menggunakan
pergerakan aktif otot besar tubuh dapat meningkatkan sensitivitas reseptor
insulin. Peningkatan reseptor tersebut mampu meningkatkan transfer glukosa ke
sel, sehingga terjadi penurunan kadar gula darah penderita DM.
Referensi:
salam kenal gan. kalau senam untuk penderita diabetes tipe 1 yang bagaimana ya gan? dan apakah ada baju senam khusus untuk senam ini?
BalasHapus