Jumat, 15 Februari 2013

Senam Aerobik Untuk Menurunkan Kadar Gula Darah (KGD) Pada Penderita Diabetes Melitus (DM) Tipe 2




Prevalensi penderita Diabetes Melitus (DM) mengalami peningkatan terutama di negara berkembang seperti Indonesia. WHO memprediksikan Indonesia akan mengalami kenaikan jumlah penderita DM sebesar 12,9 juta jiwa selama 30 tahun ke depan (2000-2030). Khusus penderita DM tipe 2 mengalami kenaikan 7,1 juta jiwa selama 10 tahun ke depan (2000-2010) (Indriyani, Supriyatno, & Santoso, 2007; Utomo, Azam, & Anggraini, 2012). Tingginya kadar gula penderita DM mengakibatkan berbagai komplikasi pada organ tubuh lain seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah kaki dan sistem syaraf. Oleh sebab itu, diperlukan cara untuk menurunkan kadar gula darah penderita DM.
 Kadar gula darah dapat diturunkan dengan latihan fisik terutama senam aerobik. Riset Cuff et al. (2003) gerakan senam aerobik menggunakan otot besar dilakukan secara terus-menerus dan berirama dapat meningkatkan sensitivitas reseptor insulin, sehingga ambilan gula meningkat 7-20 kali lipat (Horden et al., 2012; Nishida et al., 2010; Short et al., 2003). Mekanisme regulasi ambilan glukosa disebabkan adanya pelepasan bradikinin yang dipacu oleh insulin pada otot yang sedang bergerak, sehingga ambilan glukosa oleh otot bertambah dan ambilan glukosa oleh otot yang tidak berkontraksi ikut meningkat (Short et al., 2003).
Senam aerobik yang cocok pada penderita DM ialah senam dengan otot besar tubuh. Mardi Santoso (2008, dalam Horden et al., 2012) menyatakan olahraga yang dianjurkan bagi penderita DM adalah aerobic low impact dan rithmis, misalnya berenang, jogging, naik sepeda, dan senam, sedangkan latihan resisten statis tidak dianjurkan (misalnya olahraga beban angkat besi dan lain-lain). Program latihan ini dikenal dengan CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, dan Endurance) yaitu melakukan aktivitas latihan 50-60 menit 3-5 kali per minggu, gerakan berirama selang-seling, kadang cepat kadang lambat tetapi kontinyu dan beban latihan ditingkatkan secara perlahan-lahan (Nishida et al., 2010). Latihan senam aerobik perlu memperhatikan beberapa hal antara lain (a) waktu puncak kerja insulin yang disuntikkan berkaitan hipoglikemi; (b) penderita retinopati  berkaitan terjadinya traction retina detachment; dan (c) DM dengan neuropati perifer  berkaitan dengan terjadinya luka tanpa disadari. (Short et al., 2003).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa senam aerobik dengan menggunakan pergerakan aktif otot besar tubuh dapat meningkatkan sensitivitas reseptor insulin. Peningkatan reseptor tersebut mampu meningkatkan transfer glukosa ke sel, sehingga terjadi penurunan kadar gula darah penderita DM.
Referensi: